NASKAH DRAMA ” RASHOMON “

DSC_8046TEATER R A S [ RUKUN AGAWE SANTOSO ]

MEMPERSEMBAHKAN
RASHOMON

KARYA ; RYUNOSUKE AKUTAGAWA
Yang telah di Revisi oleh Arif hartono dari kumpulan cerpen, film dan naskah RASHOMON saduran Djohan A. Nst.

Kanazawa
Masage

SUTRADARA ; ARIF HARTONO

PEMERAN

Kanazawa No Takahiko adalah C . BOBBY
Masage adalah YUNIATI BHISMA
Tajomaru adalah SENO DS
Pendeta adalah ARIF H
Penebang kayu adalah SYARIFUDDIN

DIATAS – STAGE TELAH DUDUK TIGA ORANG PEMERAN TAKEHIKO, MASAGE DAN TAJOMARU. SIKAP DIAM DAN KELIHATAN SAMAR. TERDENGAR SUARA HUJAN, SIULAN ANGIN. DAN SESEKALI SUARA GEMURUH.
PENEBANG KAYU DAN PENDETA MASUK KEDALAM KEADAAN BASAH.

Pendeta ; Hujan tidak mau berhenti juga. Aku terpaksa berteduh disini. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju kuil Shimizu. Ketika tiba tiba di jalan hujan turun dengan deras sekali. dulu gapura Rashomon ini ramai dikunjungi orang baik baik. Aku masih ingat. Tapi sekarang, gapura ini jadi sarang pencuri dan perampok. Aku dengar, mereka membawa mayat mayat kesini untuk dibuang, sampai-sampai kawanan burung gagak masuk kesini untuk menghabiskan sisa bangkai. Entah darimana, mereka terbang berputar putar di sekitar balok hubungan gapura. Heran, kali ini gagak itu tidak kelihatan. Barangkali hari ini karena hujan. Hei, tuan kenapa? Tuan seperti orang yang sedang ketakutan?

Penebang ; Aku…..aku…..aku….
.
Pendeta ; Tenang-tenanglah tuan, Ada apa? Ceritakanlah, barangkali saya bisa membantu tuan.

Penebang ; Tuan Pendeta, Aku telah menemukan seorang mayat lelaki di dalam semak-semak di hutan.

Pendeta ;Apa? Kau menemukan mayat seorang lelaki di dalam semak-semak di hutan?

Penebang ; benar tuan pendeta, aku menemukan mayat itu. Seperti biasanya pagi pagi sekali aku sudah pergi kehutan untuk menebang sejumlah pohon ru. Tiba tiba kumelihat semak semak terinjak injak, lalu kutemukan seutas tali pada akar pohon ru, lalu sebuah sisir. Hanya itu dan tak ku temukan benda benda lainnya. Pedang juga tidak. Dan selagi aku berpikir benda benda itu punya siapa, tiaba tiba aku melihat mayat itu. Aku menjerit ngeri. Dari sinar matahari yang menembus daun daun pepohonan, samar samar ku melihat mayat laki laki itu pakai kimono sutra kebirua biruan dan bertudung kumal bergaya Kyoto.

Pendeta ; Mayat lelaki itu memakai kimono sutra kebiru-biruan dan bertudung kumal bergaya Kyoto? Aku tahu, karena aku pernah berpapasan dengan dia dijalan Sekiyamha menuju Yamashina.

Penebang ; kasihan sekali. Satu tikaman pedang telah menembus dadanya. Daun bambu dinodai bintik bintik darah. Tidak, darahnya tak mengalir lagi, luka telah mengering agaknya. Lagi pula seekor lalat gajah lengket erat disitu., nyaris terbang karena langkahku. Kasihan sekali.

Pendeta ; Ketika aku berpapasan, kulihat ia melangkah girang menuntun kudanya, yang ditunggangi oleh perempuan muda. Belakangan aku tau perempuan itu istrinya. Dari kepalanya tergantung cadar hingga mukanya tak kulihat. Kudanya putih bersurai indah. Dan tinggi wanita itu…. kira kira empat kaki lima inchi. Karena aku seorang pendeta Budha, tentu tak kuperhaikan ia lebih teliti.

Penebang ; tentulah perempuan itu manis dan cantik. Sayang tak kutemukan ia di semak semak itu. Barangkali ia telah pergi. Yah, aku aku memang tak menemukan siapa siapa disana. Kecuali seutas tali, sisir, dan mayat lelaki itu. Aku tak menemukan kudanya yang bersurai indah, seperti kata tuan pendeta. Tidak… bagi manusia cukup sulit kesitu. Apalagi bagi kuda.

Pendeta ; Kau juga tak menemukan pedang, busur dan panah panahnya? Oh, tentu ada seseorang yang mengambilnya. Mungkin pembunuhnya sendiri. Aku lihat sendiri, lelaki yang malang itu bersenjata pedang, busur dan panahnya. ada kurang lebih 20 cadangan dalam wadahnya. Ia seorang samurai dari Kukufu.

Penebang ; tidak. Aku tidak menemukan senjata senjata itu. Tapi rupanya sebelum ia terbunuh. Ia telah bertempur. Sebab rumput dan daun daun bambu yang gugur itu terinjak injak di sekelilingnya

Pendeta ; tak kusangka ia akan mengalami nasib demikian. Benar hidup seseorang cepat hilang seperti embun pagi. Atau sambaran kilat…….

Suara hujan dan guruh semakin keras

Keduanya masuk – Tajomaru berdiri.

Tajomaru ; saudara saudara, sayalah yang membunuh lelaki itu. Saya Tajomaru, bajingan paling terkenal diantara perampok yang berkeliaran di Kyoto. Bagi saya, membunuh bukanlah persoalan sulit yang memberi akibat besar seperti saudara saudara kira. Membunuh adalah pekerjaan yang enteng saja. Tetapi apakah saya satu satunya orang yang suka membunuh? Tidak saudara saudara. Saudara saudara juga senang membunuh orang. Yah memang saudara saudara membunuh tidak menggunakan pedang, tapi saudara saudara membunuh dengan menggunakan uang, dengan kekuasan, terkadang saudara saudara membunuh dengan alasan demi kebaikan mereka. Benar, mereka memang tidak mengalirkan darah. Mereka sehat sehat saja. Namun saudara saudara tetap membunuhnya. Apa bedanya saudara saudara dengan saya? Dan siapakah penjahat yang lebih besar saudara saudara ataukah saya?

Pada siang itu, ketika saya sedang duduk berteduh dibawah sebuah pohon ditepi jalan kearah Yamashina. Saya memang sering duduk disitu untuk menunggu orang orang yang kurampok. Saya melihat seorang lelaki dan perempuan. Perempuan dengan menggunakan cadar, ia berada diatas punggung kuda putih yang bagus, sedangkan lelakinya berjalan kaki menuntun kuda itu. sambil mengamat amatinya, saya biarkan mereka melintas didepan saya. Ketika tepat di depan saya, angin berhembus dan menyingkap cadarnya. Saya bisa melihat wajahnya sekilas. Oh… alangkah cantiknya, putih dan mulus.

Cobalah saudara saudara bayangkan, bagaimana seorang laki laki berbulan bulan ditengah hutan tidak pernah bertemu dengan seorang wanita. Apalagi yang cantik seperti itu. Maka kuputuskan untuk merebutnya, meskipun harus membunuh suaminya.
Nah, beginilah cerita lengkapnya…

Masuk Takehiko dan Masage.

Takehiko ; Masage, sebaiknya kita istirahat disini saja. Disini udaranya sejuk. Biarkan kuda itu diikat di sana.

Tajomaru datang dengan tertawa.

Takehiko ; siapa kau, mau apa kau? Oh, rupanya kau, yang tadi berpapasan dijalan. Mau apa kau membuntuti kami sampai sejauh ini?

Tajomaru ; [ tertawa kemudian menghunus pedang ]

Takehiko ; [ menghunus pedang juga ]

Tajomaru ; sabar, sabar tuan. Saya Tajomaru. Saya tidak mempunyai niat jahat dengan tuan. Lihatlah pedang ini, bagus bukan? Lihatlah. tuan seorang samurai bukan? Kalau tuan seorang samurai pasti Tuan mengetahui bagaimana kualitas pedang yang bagus. Saya mempunyai banyak pedang pedang yang bagus dan cermi cermin kuno. Sebulan yang lalu ku temukan sebuah tanggul tua di gunung sebelah sana. Setelah saya gali, saya menemukan banyak cermin dan pedang yang bagus bagus. Lalu barang barang itu ku kubur di sebuah hutan kecil di belakang pegunungan itu. Dan saya akan menjualnya dengan harga yang sangat rendah kepada orang yang mau membelinya.

Takehiko ; Oh, benarkah tuan? Benarkah pedang dan cermin yang bagus bagus.

Tajomaru ; Tuan bisa lihat dari pedang saya. Apakah pedang ini kurang bagus? Bahkan yang lebih bagus dari itu banyak tuan.

Takehiko ; Kalau begitu, biarlah saya saja yang membelinya. Nah sekarang juga tunjukkan dimana barang barang itu?

Tajomaru ; baik, sekarang kita ketempat barang barang itu. Mari , ikuti saya

Masage ; Takehiko, kita harus membawa kuda kesana. Saya khawatir kuda itu akan hilang.

Tajomaru ; jangan khawatir, biarlah kuda itu disana. Pepohonan terlalu lebat untuk dimasuki kuda. Ayolah, jangan sampai terlalu sore kita sampai disana.

Masage ; Takehiko, mungkin aku tidak sanggup untuk berjalan kaki kesana

Takehiko ; kalau begitu biarlah, kau tunggu saja disana , didekat kuda. Jangan khawatir, tidak ada apa apa. Aku tidak lama. Barang barang itu begitu berharga, aku harus memilikinya. Nah, pergilah sayang [ masage out ]

Tajomaru ; begitu lebih baik, dia lebih aman disana. Nah, sekarang ayolah kita pergi dari sini.

Keduanya berjalan beberapa langkah. Lalu tajomaru menyergap takehiko. Sempat terjadi
pergumulan tetapi karena takehiko tidak siap, akhirnya dapat dilumpuhkan Tajomaru.
Tajomaru mengikatnya. Takehiko berteriak

Takehiko ; bangsat! penipu! tolong…

Tajomaru menyumbat mulut Takehiko. Ia merontah rontah. Tajomaru tertawa dan
meninggalkannya.
Tajomaru datang sambil menyeret Masage. Masage langsung menubruk Takehiko.

Masage ; dasar bajingan. Penipu. Kubunuh kau!

Masage menghunus pedang kecil yang terselip dipinggangnya. Ia menusukkan pisau itu
ketubuh Tajomaru. Tajomaru mengelak lalu menangkap tangan Masage. Tajomaru
menyeretnya kedalam semak semak. Takehioko menatap jijik. Setelah selesai Tajomaru melempar Masage ke arah Takehiko dengan tertawa. Ia hendak pergi.

Masage ; tunggu. Tunggu. Tajomaru, aku telah ternoda dan telah disaksikan sendiri oleh dua orang lelaki, kau dan suamiku. Ini menyakitkan dari kematian. Oleh karena itu, aku minta….

Tajomaru ; kau minta aku atau suamimu mati, hah!

Masage ; ya, salah satu dari kalian harus mati. Kalau kalian diam saja, dari pada menanggung malu, lebih baik aku yang mati. Biar aku saja yang mati.

Tajomaru ; [ ke Takehiko ] hei, dengarlah. Masa depan Perempuan ini harus di selamatkan, oleh karena itu, di antara kita harus ada yang mati. Dia benar. Soal ini bukan hanya soal nafsu birahi bagiku. Ini soal harga diri laki laki. Aku ingin memperisterikan dia. Karena itu, aku terpaksa akan membunuhmu. Tapi aku Tajomaru lelaki yang bukan pengecut. [ Tajomaru melepaskan ikatan Takehiko dan memberinya pedang. Pertempuran terjadi dengan serunya. Takehiko berhasil di tikam. Masage menghilang. Tajomaru menyusul ].

PENTAS TERANG KEMBALI – MASAGE MUNCUL – TAKEHIKO DAN TAJOMARU
DUDUK – BERSILA – MEREKA BERDUA TERLIHAT SAMAR – SAMAR.

Masage ; Saudara saudara apalagi yang dapat ku perbuat.. ? Telah ku tikam kerongkonganku dengan pedang kecil, telah ku lempar diriku dalam kolam di kaki gunung, dan telah ku coba bunuh diri dengan berbagai cara, tetapi aku tidak punya tenaga untuk mati. Aku tidak mampu mengakhiri nyawaku, aku masih hidup, Aku tidak berguna lagi, aku sudah ternoda, aku telah di tinggal kan oleh Dewi Kwannon yang paling ramah. Bajingan itu, setelah memaksaku melayaninya ia menghina dan mengolok-olok suamiku yang terikat, Betapa kasihan suamiku. Semakin ia berontak, semakin kuat talinya.

MASAGE OUT – LAMPU MATI – LAMPU HIDUP – SOSOK TAKEHIKO – DALAM
TANGAN TERIKAT – TAJOMARU DAN MASAGE MUNCUL-

Tajomaru ; Terima kasih. Aku puas sekali karena dapat melampiaskan nafsuku.[ Tertawa ]. Masage lari ke arah Takehiko, Tajomaru membuka tali ikatan Takehiko kemudian lari sambil tertawa.

Masage ; Takehiko, maafkan aku… Kau marah? Kau marah padaku? Jangan, Jangan kau menatapku seperti itu…[ masage mengambil pedang kecil di tasa tanah ] Bunuh lah aku! [ Takehiko diam saja sambil terus menatap tajam Masage.Masage tambah histeris di tatap oleh Takehiko seperti itu ].

Masage ; Stop! Berhenti, berhenti kau menatapku. Jangan, jangan kau tatap aku seperti itu. Takehiko, karena segalanya sudah terjadi, aku sudah tidak ingin hidup bersamamu lagi. Aku sudah memutuskan untuk mati. Kau sudah memandang hina diriku, dari tatapanmu kau sudah jijik denganku. Tetapi… Kau pun harus mati, kau mengetahui aibku. Aku tidak dapat membiarkan kau hidup.

[ Takehiko hanya membalas dengan tatapan yang makin tajam. Masage sambil
menghunus pedang kecil, ia mendekati Takehiko ]

Masage ; Jangan, jangan kau tatap aku seperti itu. Jangan…. ! [ masage menusuk Takehiko, lalu menikam lehernya sendiri dan jatuh ].

PENTAS TERANG KEMBALI – TAKEHIKO MUNCUL – TAJOMARU DAN MASAGE
DUDUK. MEREKA BERDUA TERLIHAT SAMAR – SAMAR.

Takehiko ; Saudara saudara memanggil saya? Inilah saya Roh Kanazawa no Takehiko. Roh dari perempuan itu…………………………………………………………………………..
Apa ? Saudara saudara sudah mengetahui pengakuan perempuan dan perampok itu? Bukan, bukan begitu. Saudara saudara boleh percaya atau tidak. Setelah memperkosa istri saya, perampok itu duduk didekat nya dan merayu istri saya. Saya tidak dapat berbuat apa apa. Saya hanya bisa mengedipkan mata kearah istri saya beberapa kali, sebanyak kata untuk mengucapkan ‘’ jangan percaya pada perampok itu ‘’. Tetapi istri saya, yang bersimpu murung diatas daun daun bambu, menatap lekat di pangkuannya sendiri. Sikapnya memberi kesan bahwa ia sedang mendengarkan lelaki itu. Saya sangat cemburu. Sementara perampok itu terus saja bicara lihai, dari satu pembicaraan ke pembicaraan yang lain. Akhirnya ia membuat tawaran yang berani dengan lancang.

LAMPU MATI – LAMPU HIDUP – SOSOK TAKEHIKO DALAM TANGAN TERIKAT
– TAJOMARU DAN MASAGE MUNCUL- MESRA

Tajomaru ; kehormatan mu sudah ternoda, dan hubungan suamimu tidak akan baik selamanya, karena itu tidakkah kau bersedia menjadi istri ku? Cintaku padamu itulah yang mendorongku untuk memperkosamu.

Masage ; baiklah, kalau begitu bawalah aku bersama mu, kemanapun kau pergi. Akan tetapi sebelum kau membawa aku, bunuhlah dia terlebih dahulu. Kalau dia masih hidup, aku tidak dapat pergi denganmu. Bunuhlah dia! bunuh! bunuh dia!

Tajomaru ; [ tertawa lalu tiba tiba menginjak Masage.] apa yang harus kulakukan untuk istri yang mengkhianatimu ini?. Membunuhnya atau melepaskanya?. Cepat kau hanya perlu mengangguk saja. Bunuh? Atau lepaskan? [ melepaskan injakan ] bunuh? ! ! atau lepaskan? ! !

Masage melarikan diri.

Tajomaru ; bangsat! aku harus melarikan diri sebelum semuanya kacau [ melepaskan ikatan Takehiko dan melarikan diri.

Takehiko mengambil pedang kecil lalu menikam dirinya.

LAMPU MATI – LAMPU HIDUP – STAGE TELAH DUDUK TAKEHIKO, MASAGE DAN TAJOMARU. SIKAP DIAM DAN KELIHATAN SAMAR. PENEBANG KAYU MASUK

Penebang ; saudara saudara, sebenarnya saya bukan hanya menemukan mayatnya, tetapi saya juga menyaksikan peristiwa pembunuhan itu. Memang, kepada polisi saya saya Cuma bersaksi bahwa saya tidak melihat langsung peristiwa pembunuhan itu karena saya tidak mau terlibat. Saya takut, saudara saudara. Apalagi saya hanya seorang penebang kayu.
Saudara boleh meragukan kesaksian saya karena saudara saudara sudah mendengar pengakuan dari pelaku peristiwa pembunuhan itu sendiri. Tapi saudara saudara lebih mempercayai pengakuan siapa? Siapa yang benar diantara mereka? Saya, sayalah oarang yang tidak mempunyai kepentingan dalam cerita ini.
Inilah kesaksian saya!

LAMPU MATI – LAMPU HIDUP – SOSOK TAKEHIKO DALAM TANGAN TERIKAT
– TAJOMARU DAN MASAGE MUNCUL MENANGIS

Tajomaru ; kalau aku sekarang masih merampok, itu karena agar aku bisa bertahan hidup. Tapi kali ini berbeda. Aku sudah mendapatkanmu. Bukan hanya tubuhmu, hatimu juga aku miliki. Aku ingin kau jadi istriku. Kalau kau mau, aku tak akan merampok lagi. Sudah cukup aku hidup seperti ini. Kalau kau tak mau uang haram, aku akan bekerja. Aku akan berjuang untuk menghidupimu. Aku akan melakukan segalanya jika kau menikahiku. Menikahlah denganku! kalau kau tidak mau, aku harus membunuhmu. Tolong katakan ya. Berhentilah menangis dan jawablah aku, katakan kau mau jadi istriku. Katakan!

Masage ; tidak mungkin! mana mungkin jadi istrimu, sedangkan aku masih mempunyai suami [ mlepaskan ikatan Takehiko ].

Tajomaru ; aku tahu. Memang laki laki yang harus membuat keputusan.

Takehiko ; tunggu!. aku tidak mau berkorban untuk wanita semacam itu. Kau sudah disetubuhi oleh dua orang lelaki, kenapa kau tidak bunuh saja diri mu yang sudah ternoda itu. Aku tidak mau dengan wanita yang tidak tahu malu. Kau boleh memilikinya. Biar aku lebih memilih kudanya dari pada dia.

Tajomaru hendak pergi.

Masage ; tunggu!

Tajomaru ; jangan ikuti aku!

Takehiko ; berhenti menangis, tidak ada gunanya lagi kau menangis.

Tajomaru ; hentikan, jangan kau marahi lagi. wanita ini sudah lemah.

Masage ; [ tertawa ] kalian yang lemah! kau suamiku, mengapa kau tak bunuh dia, tetapi kau suruh dia membunuhku. Dan kau! [ pada Tajomaru ]. Kau buka laki laki juga[ tertawa ]. Ketika ku tahu kau Tajomaru, aku berhenti menangis. Aku benci hidup dengan rutinitasku. Aku pikir Tajomaru dapat mengeluarkan aku dari ini ‘’ kalau ia menyelamatkanku, aku akan lakukan apa saja’’. Aku pikir begitu. Tapi kau sama dengan suamiku. Ingatlah, wanita mencintai pria yang mencintainya dengan sungguh sungguh, seseorang yang mau berkorban untuknya.

Tajomaru deangan Takehiko akhirnya berkelahi. Tetapi dengan penuh ketakutan.
Akhirnya Tajomaru berhasil menikam Takehiko. Masage lari ketika didekati Tajomaru.

BLACK OUT
Tamat.

Direvisi ulang dari berbagai sumber untuk kebutuhan pentas Teater RAS
Oleh ; Arif HArtono

Published in: on 17 Juni 2009 at 09:38  Tinggalkan sebuah Komentar  

The URI to TrackBack this entry is: https://duniasenikita.wordpress.com/2009/06/17/naskah-drama-rashomon/trackback/

RSS feed for comments on this post.

Tinggalkan komentar